MAKALAH
GURU:
ANTARA PENGAJAR, PENDIDIK DAN PEMBELAJAR
Mata
Kuliah: Strategi Belajar Mengajar
Dosen
Pengampu: Muhammad Hufron Dimyati, M.Si
Disusun
Oleh:
- Fitriyah 202109043
- Suadil Fuadah 202109044
- Endang Susilowati 202109045
- Imam Turyuti 202109046
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALOGAN
2011-2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Sosok guru adalah orang yang identik
dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi
bangsa. Ditangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini tebentuk sikap dan
moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini
dimasa mendatang.
Guru yang bukan berlatar belakang
pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak
menemukan masalah dikelas. Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa
bekal berupa teori-teori pendidikan dan keguruan. Seperti kebanyakan guru
pemula, jiwanya juga labil, emosinya mudah terangsang dalam bentuk keluhan dan
berbagai bentuk sikap lainnya, tetapi dengan semangat dan penuh ide untuk suatu
tugas.
Guru berjuang baik dengan fisik maupun
nonfisik. Di dalam perang kemerdekaan guru pun sudah berperan dan memiliki
andil besar dalam mempertahankan Republik ini, berjuang tanpa pamrih bahkan
tidak sedikit pula para guru sebagai gugur kusuma bangsa. Untuk nonfisik,
perjuangan guru terlihat dalam memberikan ilmu pengetahuannya kepada anak
didiknya, sehingga anak didiknya menjadi pintar, pandai dan sudah berapa banyak
anak didiknya menjadi orang besar.
Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah
rehabilitasi peserta didik. Dengan sengaja guru mengerahkan tenaga dan pikiran
untuk mengeluarkan peserta didik dari terali kebodohan. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak
didik menjadi orang yang cerdas.
Oleh sebab itu, tepatlah dikatakan orang
bahwa karena guru kita pintar, karena gurulah kita pandai, karena gurulah kita
cemerlang, karena gurulah kita gemilang, dan karena gurulah kita terbilang.
Maka, naif rasanya kalau kita melupakan jasa dan pengorbanan para guru, telah
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERSAMAAN
DAN PERBEDAAN ISTILAH MENGAJAR DAN MENDIDIK
Makna “mangajar” dan “mendidik” dilatari
oleh bahas arab Ta’allama (mengajar) yang diambilkan dari kata ‘Alima
(megetahui), ‘Ilmun (pengetahuan). Sedangkan pendidikan diambil dari
kata Addaba (beradab) yang berarti mendidik seorang anak untuk mempunyai
adab, sopan santun.
Tugas guru dalam mendidik dan mengajar
murid-muridnya adalah membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan,
latihan, penerangan, pengetahuan, pengertian dsb.Secara praktis mengajar dan
mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam interaksi
pembelajaran, baik dalam kelas maupun luar kelas. Sedangkan secara teoritis
mengajar lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan medidik lebih beraksentuasi
pada penamaan nilai.[1]
Mendidik adalah membentuk kepribadian
sedangkan mengajar hanya sekedar transfer sesuatu tanpa membentuk ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Sukses tidaknya mengajar itu dapat
diketahui dari adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan.
Pengajaran dikatakan sukses apabila :
1. Ilmunya
dapat digunakan oleh pelajar dalam hidupnya.
2. Hasilnya
meresap dalam pribadi anak, dipahami benar, mengandung arti dalam hidup anak.
Boleh dikatakan mengajar dengan sukses
pada hakikatnya mengusahakan agar isi mata pelajaran itu meaningfull, usefull,
dan mengembangkan seluruh aspek pribadi anak.[2]
B.
MAKNA DAN HAKIKAT GURU
- Makna guru
Makna guru (pendidik) sebagai mana dalam
UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1
ayat 6 adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi senagi guru, konselor,
pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kesuksesannya, sera berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.[3]
Dalam pengertian yang sederhana, guru
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daratjat dkk
menjadi guru tidaknsembarangan tetapi harus mememnuhi beberapa persyaratan sbb:
a. Taqwa
kepada Allah
b. Berilmu
c. Sehat jasmani
d. Berkelakuan
baik
Dengan demikian guru senantiasa
dihadapkan pada peningkatan kualitas pribadi dan sosialnya. Jika hal itu dapat
dipenuhi maka keberhasilan lebih cepat diperoleh.
- Hakikat Guru
Rasanya tidak berlebihan manakala kita sepakat dengan pendapat Nugroho Notosusanto,
yaitu di dunia ini hanya ada dua jabatan, pertama jabatan guru dan kedua
jabatan non guru. Mengajar merupakan langkah seorang guru untuk memandaikan
bangsa dengan tanpa memikirkan efek untung dan ruginya secara material
personal, melainkan memikirkan bagaimana nistanya jika generasi selanjutnya
tidak lebih berkualitas dari generasi sebelumnya.
Yang terpenting bagi seorang guru adalah
memegang teguh komitmen ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan
tutwuri handayani. Tiga prinsip ini apabila dikaitkan dengan model
pendidikan berbasis mutu,maka semua komponen yang terkait dalam pendidikan
hendaknya merupakan konsep tanggung jawab bersama dan pemberdayaan.
Dengan demikian dapat ditemukan bahwa
hakikat guuru adalah
a.
Orang yang
memiliki minat
b.
Orang yang berbakat
c.
Orang yang bertanggung jawab
d.
Orang yang mempunyai panggilan jiwa
e.
Orang yang mempunyai idealisme
C. TUGAS DAN FUNGSI GURU
- Tugas guru
Guru adalah figur seorang pemimpin .
guru adalah sosok arsitekstur yang dapat
membentuk jiwa dan watak peserta didik. Bila dipahami maka tugas guru tidak
hanya sebatas dinding sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.[4] Menurut
Roestiah N.K., bahwa guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk :
a. Menyerahkan kebudayaan kepada peserta didik berupa
kepandaian , kecapaian dan pengalaman .
b. Membentuk
kepribadian anak yang harmonis ,sesuai cita-cita dan dasar negara kita
pancasila.
c. Meyiapkan
anak menjadi warga negara yang baik sesuai undang-undang pendidikan yang
merupakan keputusan MPR No.11 Tahun 1983.
d. Sebagai
perantara dalam belajar.
e. Sebagai
pemimpin (guidance worker).
f. Sebagai
sponsor,dll
- Fungsi Guru
a. Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi
tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya.
Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mecakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk
mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi
siswa dalam belajar menagajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian
prestasi hasil belajar secara optimal.[5]
b. Guru
Sebagai pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula
guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas
dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi , dan memahami materi standar yang dipelajari.
Kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, hubungan peserta didik
dengan guru, dan lain-lain. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi,maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Oleh sebab itu sebagai
seorang guru yang harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta
didik dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah, untuk itu ada
beberapa hal yang harus dilakukan guru
dalam pembelajaran, seabgai berikut :
1. Membuat
ilustrasi : pada dasarnya ilustrasi mneghubungkan sesuatu yang sedang
dipelajari peserta didik dengan sesuatu dengan sesuatu yang telah diketahuinya,
dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman pada mereka.
2. Mendefinisikan
: meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan
menggunakan latihan dan penglaman serta pengertian yang dimiliki pserta dididk
.
3. Menganalisis
: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian .
4. Mensintesis
: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh
sehingga memiliki arti , hubungan antara satu dengan yang lain nampak jelas ,
dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar .
5. Bertanya
: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti agar apa yang dipelajari
menjadi lebih jelas.
6. Merespon
: menanggapi pertanyaan peserta didik .
7. Mendengarkan
: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah.
8. Menciptakan
kepercayaan : peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan
guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9. Memberikan
pandangan yang bervariasi : melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut
pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyesuaikan
metode pembelajaran : menyeusaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan
tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru sesutu yang
telah dioelajari.
c. Guru
Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggung jawab akan kelancaran perjalanan itu.[6]
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru memiliki
berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan
dilaksanakan.
d. Guru
Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran
memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.
Pelatihan yang dilakukan, di samping
harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi, juga harus memperhatikan
perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru
harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal sempurna.
Meskipun demikian tidak mustahil kalau suatu ketika menghadapi kenyataan bahwa
guru tidak tahu sesutu yang seharusnya tahu.
e. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah penasehat bagi peserta
didik, bahkan bagi orang tua meskipun guru tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak berharap untuk menasehati orang.
Padahal menjadi guru tingkat manapun berarti menjadi orang kepercayaan, proses pembelajaran pun
meletakan pada posisi tersebut.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada guru. Makin
efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta
didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menyadari perannya
sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih mendalam harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.[7]
f. Guru
sebagai Pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah
lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.[8]
g. Guru
Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan
kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding
profesi lainnya. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah
rangsangan yang memancing emosinya.[9]
Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak
semua orang mampu menahan emosi terhadap
rangsangan yang menyingggung perasaan dan memang diakui bahwab tiap orang
mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain. Sebagai pribadi yang hidup
di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur
dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga,
keagamaan dan kepemudaan.
h. Guru
Sebagai Model dan Teladan
Sebagai teladan tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di
sekitar lingkungannya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu
mendapat perhatian dan didiskusikan oleh para guru :
1. Sikap
dasar : postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting,
seperti keberhasilan, kegagalan, hubungan antar manusia, agama, dll.
2. Bicara
dengan gaya bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
3. Kebiasaan
bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai
kehidupannya.
4. Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan : pengertian hubungan antara luasnya
pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya
mengelak dari kesalahan.
5. Pakaian
: merupakan perlengkkapan pribadi yang amat penting dan menampakan ekspresin
seluruh kepribadian.
6. Hubungan
antar manusia : diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intlektual, moral,
keindahan, terutama bagaimana berparilaku.
7. Proses
berpikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan
masalah.[10]
8. Perilaku
neorotis : suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga
untuk menyakiti orang lain.
9. Selera
: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh
pribadi yang bersangkutan.
10. Gaya
hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek
kehiudpan dantindakan untuk mewujudkan kepercayaan ini.
i.
Guru Sebagai
Pendorong Kreatifitas
Kreatifatas merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukan proses kreatifitas tersebut.[11]
Sebagai orang yang kreatif, guru
menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua
kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia adalah
seorang kreator dan moitvator yang berada di pusat proses pendidikan. Guru
senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta
didik.
j.
Guru Sebagai
Pekerjaan Rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan dan
kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali
memberatkan. Jika kegiatan teresbut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa
mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.[12]
Di sampang itu ,jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan
mengibah sikap umumnya terhadap pembelajaran.
Beberapa kegiatan rutin yang sering
dilakukan guru dalam pembelajaran
disetiap tingkat, antara lain :
1. Bekerja
tepat waktu baik awal maupun akhir pembelajaran.
2. Membuat
laporan dan sesuai dengan standar kinerja, ketetapan dan jadwal waktu.
3. Membaca,
mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
4. Mengatur
kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
5. Menasehati
peserta didik, dll. .
k. Guru
Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena banyak melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Tidak ada pembalajaran tanpa penilaian, karena penilaian
merupakan proses mentapkan kualitas hasil belajar,atau proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
Sebagai salah satu proses, penilaian
dilaksanakan dengan teknik yang sesuai. Teknik apapun yang dipilih, penilaian
harus dilaksanakan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
: persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil
belajar , guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah
dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.[13]
l.
Guru Sebagai
Pengawet
Untuk dapat mengawetkan pengetahuan
sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikap positif
terhadap apa yang diawetkan.
Sebagai pengawet guru harus berusaha
mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya dalam arti guru
harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta
didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan
bidangnya.
m. Guru
Sebagai Pembawa Cerita
Guru dengan menggunakan suaranya, guru
berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa
mendatang.
n. Guru
Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan
apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang
akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan
mengakibatkan para penonton mengikuti dengan sungguh-sungguh. Kemampuan
berkomunikasi merupakan suatu seni atau ketrampilan dalam mengajar.
D. GAYA-GAYA MENGAJAR GURU
1. Makna
Gaya Mengajar
Menurut Abi Ahmadi, gaya mengajar adalah
tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
Gaya mengajar adalah bentuk penampilan
guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis.[14]
- Macam-macam Gaya Mengajar
a. Gaya
Mengajar Klasik
Guru mendominasi kelas dengan tanpa
memberi kesempatan siswa untuk kreatif.
b. Gaya
Mengajar Teknologis
Gaya mengajar teknologis ini
mensyaratkan guru untuk berpegang pada media yang tersedia.
c. Gaya
Mengajar Personalisasi
Guru mengajar bukan untuk memandaikan
siswa semata akan tetapi memandaikan dirinya sendiri.
d. Gaya
Mengajar Personalisasi
Guru dan siswa atau siswa dan siswa
saling ketergantungan artinya mereka sama-sama menjadi subjek pengajaran.
- Pendekatan Gaya Mengajar
a. Pendekatan
Filosofis
Dalam pendekatan ini gaya mengajar guru
hendaknya berdasarkan pada nilai kebenaran.
b. Pendekatan
Induksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dalam
bentuk penganalisaan secara ilmiah yaitu penentuan kaidah umum berdasarkan
kaidah khusus.
c. Pendekatan
Deduksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dala
bentuk penganalisaan secara ilmiah, yaitu penentuan kaidah khusus berdasarkan
kaidah umum.
d. Pendekatan
Sosio Kultural
Guru menanamkan rasa kebersamaan dan
siswa dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungan sosialnya.
e. Pendekatan
Fungsional
Guru memanfaatkan materi ajar bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari
f. Pendekatan
Emosional
Guru menggugah perasaan dan emosi siswa
agar mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan materi pelajaran yang
diperolehnya.
E. PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR
1. Prinsip
Aktivitas
Peserta didik memperoleh pengalaman jika
dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhdap lingkungannya. Dengan demikian
belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis.
2. Prinsip
Motivasi
Motivasi adalah usaha yang disadari oleh
pihak guru untuk menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang ke
arah tujuan-tujuan belajar.
3. Prinsip
Individualitas
Kekhususan jiwa yang menyebabkan individu yang satu berbeda
dengan undividu yang lain.[15]
4. Prinsip
Lingkungan
Menggunakan lingkungan sebagai sumber
pengajaran.
5. Prisip
Konsentrasi
Memusatkan perhatian pada sesuatu
stimulus.
6. Prinsip
Kebebasan
Guru memberikan kebebasan kepada peserta
didik dalam proses belajar.
7. Prisip
Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca
indra yang bertujuan untuk memberikan pemahaman suatu hal.
8. Prinsip
Kerja Sama dan Persaingan.
9. Prinsip
apersepsi
Suatu penafsiran buah pikiran yait
menyatu padukan suatu pengalaman yang telah dimiliki.
10. Prinsip
Korelasi
Guru berusaha menghubungkan pengajaran
dari mata pelajaran yang sedang diajarkan/dipelajari peserta didikdari bahan
pengajaran yang lain.
11. Prinsip
Efisiensi dan Efektifitas
Pengajaran yang baik adalah proses
pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil.
12. Prinsip
Globalitas
Peserta didik selalu mengamati
keseluruhan lebih dahulu baru kemmudian bagian-bagianya.
13. Permainan
dan Hiburan
Kelas pengajaran yang penuh konsentrasi
menjadikan peserta didik kelelahan bosan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Guru
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik
Ø Mendidik
adalah membentuk kepribadian sedangkan mengajar hanya sekedar transfer sesuatu
tanpa membentuk nilai sebagai basis kepribadian seorang individu.
Ø Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ø sebagai
pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap
perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan.
Ø Sebagai
pengawet guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam
pribadinya dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan
disajikan kepada peserta didik.
Ø Dalam
fungsinya sebagai penilai hasil belajar , guru hendaknya terus-menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Ø Individualisasi
pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani
perbedaan peserta didik, dan sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat peserta
didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah,
Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi).
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ismail. 2008.
strategi Pembelajaran PAI Berbasis PAIKEM. Semarang : Rasail Media Group.
Kasijan, Z. 1984. Psikologi
Pendidikan (Terjemahan). Surabaya : PT Bina Ilmu.
Majid, Abdul. 2005.
Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Makmum,
Abin Syamsudin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Mulyasa,
E. 2005. Menjadi Guru yang Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Mustakim,
Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta : Gama Media
Yogykarta
Nasution.
1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi
Aksara
Sabri,
Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengejar dan micro Teaching. Jakarta: PT.
Ciputat Press.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Panitia
Sertifikasi Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang. 2010. Penddidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) .Semarang.
[1] Umar Tirta rahardja-La Sula, Pengantar
Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 83
[2]
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta :
Gama Media Yogyakarta, 2009), hlm. 4.
[3] Ismail, Strategi Pembelajaran
PAI Berbasis PAIKEM ( Semarang: Rasai Media Group, 2008 ), hlm. 48
[4]
Zainal Mustakim, Op. Cit., hlm. 13.
[5]
Ismail, Op. Cit., hlm. 50.
[6]
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2005), hlm. 16.
[7] Z. Kasijan, psikologi
pendidikan (terjamahan), (surabaya : PT Bina Ilmu, 1984), hlm. 31.
[8] Ismail, Op. Cit., hlm.
46.
[9] Nasution, Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan Mengajar, (jakarta : Bumi Aksara, 1988), hlm.121.
[10] Panitia Sertifikasi Guru LPTK
Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, (Semarang
: 2010), hlm. 46.
[11] Panitia Sertifikasi Guru LPTK
Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang, Op. Cit., hlm.41
[12]Ahmad Sabri, Strategi Belajar
Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), hlm.70.
[13]Ahmad Sabri, Op. Cit., hlm.75.
[14] Thoifuri, Menjadi Guru
Inisiator, (Semarang: Rosail Maha Group, 2007), hlm. 80
[15] E. Mulyasa, Menjadi Guru
Profesional, (Bandung : PT Remaja Rodakarya, 2005), hlm. 132.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar