Senin, 12 Maret 2012

PENDIDIKAN DI MESIR


                                                            MAKALAH
                                PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI MESIR
        Mata Kuliah                    : Pebandingan Pendidikan
        Dosen Pengampu            : Mukhlisin, M.Ag 
                                           

Disusun Oleh:
1.     M. Nur Hasanudin                  202 109 004
2.     Ahmad Syafi’i                        202 109 005
3.     Ahmad Afik                           202 109 006
4.     Imam Turyuti                          202 109 046
Kelas A
                    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
                                    (STAIN) PEKALOGAN
                                JURUSAN TARBIYAH/PAI
                                                    2011


                                                    BAB I
PENDAHULUAN
Mesir yang terkenal dengan sebutan ardhul anbiyâ (negeri para nabi), memang telah menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia. Di samping mempunyai segudang peradaban, negeri seribu menara ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki magnet tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Tentunya, semua ini tak lepas dari peran al-Azhar: pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak ulama dunia.
Di sini, pemakalah akan memaparkan sedikit tentang potret pendidikan Mesir. Keberhasilan pendidikan memiliki hubungan erat dengan kemajuan sebuah negara. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, tentunya akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sebuah negara, bahkan dunia. Dari sini, setidaknya kita perlu memberikan perhatian yang lebih pada pendidikan.
Namun demikian, pemakalah hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan, dimana hal tersebut memerlukan kritik dan saran dari para pembaca demi kepentingan bersama agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Potret Sistem Pemerintahan di Mesir
Mesir berbentuk Republik sejak 18 Juni 1953, Mesir adalah Negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Mohamed Hosni Mubarak telah menjabat menjadi presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden Mohamed Anwar el-Sadat, selain itu ia juga pemimpin partai Demokrat Nasional. Perdana Menteri Mesir Dr. Ahmed Nazif dilantik pada 9 Juli 2004 untuk menggantikan Dr. Atef Ebeid.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidental multipartai. Secra teoritis kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dalam kandidat tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952. Rakyat Mesir mendapatkan kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh seperti Ayman Nour, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.  Dan pada akhir Januari 2011 rakyat Mesir menuntut presiden Mubarak untuk meletakkan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran menuntut presiden Hosni Mubarak mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri.[1][1]

B.  Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
Mesir merupakan Negara terbesar  di wilayah Afrika Utara, tepatnya diantara 22˚LU - 32˚LU dan 25˚BT - 36˚BT. Luas negara ini mencapai 997.739 km² dengan  jumlah penduduk sekitar 76.117.430 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Mesir mencapai 77 jiwa/km². Wilayah Mesir yang luas tersebut kebanyakan didominasi gurun yang tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal, sehingga penduduknya memusat di wilayah lembah sungai Nil dan di pesisir pantainya. Adanya penduduk asli yang tinggal secara nomaden di daerah gurun menyebabkan Mesir mengalami ketimpangan dalam hal penyebaran penduduk dan pendapatannnya. Meskipun memiliki banyak devisa, namun pendapatan perkapita penduduknya hanya mencapai 1.350 US dollar. Pendapatan tersebut didukung oleh beberapa kegiatan perekonomian diantaranya sebagi berikut[2][2] :
1.    Pertanian
Sektor pertanian menyumbangkan 17% perekonomian negara Mesir. Meskipun didominasi oleh wilayah gurun, namun Mesir mendapatkan berkah dari adanya aliran sungai Nil yang menyuburkan kawasan lembah dan deltanya. Mesir terkenal sebagai penghasil kapas, gandum, kurma, zaitun, dan serat papyrus (bahan baku kertas). Seiring dengan dibangunnya bendungan Aswan, maka pertanian Mesir semakin maju. Saat ini produk pertaniannya semakin berkembang dengan menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi, dan rumput-rumputan untuk makan ternak.
2.        Peternakan dan Perikanan
Selain sebagai petani, masyarakat Mesir juga banyak yang hidup beternak secara nomaden. Jenis hewan ternak yang dikembangkan secara tradisional adalah domba, biri-biri, dan unta. Adapun perikanan dibedakan atas perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut banyak diusahakan di perairan Laut Merah dan perairan Laut Tengah, sedangkan perairan darat banyakdiusahakan di sungai Nil dan di kawasan bendungannya.
3.    Pertambangan
Hasil tambang utama Mesir adalah minyak bumi dan gas alam yang terdapat di pantai dan perairan laut Merah serta di kawasan gurun Libya dan semenannjung sinai. Selain hasil tambang utama tersebut, dikembangkan juga pertambangan fosfat, bijih besi, dan garam.
Sampai tahun 1990-an, negara ini masih swasembada gandum dan beras, malah bahan pangan pokok diekspor untuk negara-negara Timur Tengah. Kita pernah mengimpor beras dan gandum dari Mesir pada tahun 1980-an. Mesir juga mempunyai minyak walaupun tidak sebanyak Arab Saudi atau Kuwait. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 1996 dengan volume 900.000 barrel per hari. Sejalan dengan naiknya harga minyak setelah tahun 1970-an, hasil minyak tersebut dipakai untuk menyubsidi harga pangan untuk rakyat yang cukup besar.[3][3]


C.      Filsafat Pendidikan yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan
ketika berbicara mengeai pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhkuk hidup lainnya. Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar melauli otaknya melalui rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.
Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam membentuk tujuan pendidikan adalah landasan filosofis.
Abduh Ibnu Hasan Khairullah, filosofi islam di Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa  serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) tapi perlu menyelaraskan afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).[4][4]

D.      Potret dan Dinamka Penyiaran Agama Islam
Agama memiliki peranan yang sangat besar di negara Mesir. Secara tidak resmi adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu kegiatan disana. Kairo juga dikenal dengan berbagai menara masjid dan gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui madhzab Hanafi lewat kementrian Agama. Imam dilatih di ssekolah keahlian untuk imam dan di Univerits al-Azhar, yang memiliki komite untuk memberikan fatwa mengenai masalah Agama. 90% dari penduduk Mesir adalah penganut Islam Sunni dan sebagian juga penganut ajaran Islam sufi lokal. Dan 10% penganut agama Kristen.[5][5]
Sejumlah tokoh Agama yang mewakili gerakan Islam Mesir mengumumkan kerja sama baru-baru ini diantara berbagai gerakan Islam, secara umum menginginkan terbentuknya sebuah negara agama yang menerapkan hukum-hukum Allah. Mereka juga mengatakan bahwa mereka akan membentuk koalisi di pemilihan parlemen berikutnya dalam rangka memerangi kekuatan-kekuatan politik sekuler di negara Mesir.
Imam Al-Azhar Ahmad Al-Thayyib mengatakan bahwa hukum Islam (Syar’iah) harus tetap menjadi sumber utama negara paska-Mubarak lengser. Syaikhul Azhar Ahmad Al-Thayyib mengatakan bahwa Pasal 2 Konstitusi Mesir tidak boleh diubah atau ketegangan sektarian yang malah akan terjadi. Pasal 2 konstitusi Mesir mengatakan bahwa “Islam adalah Agama Negara. Arab adalah bahasa resmi, dan sumber utama hukum adalah hukum Islam (Syari’ah).[6][6]

E.       Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama Islam
Lembaga fatwa Mesir (Daar Al Ifta ) merupakan salah satu pilar utama institusi Islam di Mesir. Institusi Islam ini sangat berperan dalam memberikan fatwa kepada masyarakat umum. Keberadaan dan eksistensinya ditopang oleh empat lembaga keagamaan, yaitu Al-Azhar asy-Syarif, Universitas Al-Azhar, Kementerian Wakaf dan Lembaga Fatwa Mesir.
Daar Al Ifta inilah yang merupakan salah satu tujuan studi banding delegasi dari Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama pada 24-28 Juni 2010, berkaitan upaya penerapan hukum syariah. Delegasi juga melakukan pembinaan pencatatan nikah rujuk di KBRI Kairo, serta mengunjungi situs-situs sejarah dan perpustakaan modern Alexandria.
[7][7]

F.       Sistem Manajemen pendidikan
1.         Otorita
Sistem pendidikan di Mesir adalah tanggung jawab Kementrian Pendidkan negara. Kementrian pendidikan bertanggung jawab  mulai dari pendidikan prasekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas pengimplementasianya. Mereka yang memilih lokasi, membangun dan melengkapi serta mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan dan partisipasi masyarakat. Ringkasnya, mereka bertanggung jawab atassegala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya opersional sekolah dengan efisien.[8][8]
2.      Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Sistem pendidikan saat ini mempertimbangkan sekolah persiapan (sekolah menengah pertama) sebagai jenjang terakhir untuk wajib belajar. Hampir 390,000 ribu guru yang bertugas di seklah-sekolah Mesir pada tahun 1990. Kira-kira 50% diantaranya mengajar di sekolah dasar, 22% di sekolah persiapan (sekolah menengah pertama), dan 16% di sekolah menengah atas. Hanya 17% yang mengajar di sekolah al-Azhar dan sekolah khusus.
Sampai akahiar 1990-an, kekurangan guru sudah biasa, dan siswa ditawari beasiswa untuk masuk ke institut pendidikan guru. Akhir-akhir ini jumlah suplai guru sudah melebihi pada beberapa sekolah dan daerah. Tetapi tampaknya dalam beberapa tahun yang akan datang akan terjadi kekurangan guru dalam beberapa bidang seperti guru bahasa dan guru-guru pendidikan khusus. Lebih jauh lagi, sekolah di pedesaan atau pedalaman sulit dilengkapi gurunya. Oleh sebab itu guru-guru baru harus terlebih dahulu mengajar beberapa waktu di pedesaan atau pedalaman sebelum diberi hak untuk diangkat sebagai guru tetap. Pendidikan guru saat ini dilaksanakan di universitas dengan masa belajar selama empat tahun sebagai pendidikan paling rendah untuk menjadi guru sekolah dasar dan sekolah menengah.[9][9]


3.      Pendanaan/Standar Pembiayaan Pendidikan
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan formal pada tahun 1988 adalah 18,5% dari total pengeluaran untuk masyarakat. Gaji menyerap 80%  lebih, sementara pengeluaran lain 20%. Investasi gedung meningkat pada awal tahun 1980-an dari 7% menjadi 13%. Masih saja tidak cukup gedung-gedung sekolah, dan apabila seluruh permintaan dipenuhi, pemerintah harus menyediakan biaya lebih dari E3 miliar pound (US$2,94 miliar) dalam masa 10 tahun yang akan datang.
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO, dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris, dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu cukup besar, namum masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja pendidikan.[10][10]
4.      Standar Pengembangan Kurikulum dan Sistem Penilaian atau Evaluasi Pendidikan
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra universtias yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
Pusat Penelitian pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan informasi mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai implementasinya dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan kesekretariatan dan apabila diperlukan perubahan, sebuah penelitian dibentuk dan dibagi tugas untuk mempelajarinya dan merumuskan perubahan-perubahan itu. Sejumlah besar besar supervisor konsultan dari semua level bertemu secara reguler dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan untuk mengumpulkan informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan sekolah percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan metode mengajar.
Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku tes menurut kurikulum tidak persis saama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal. Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan para akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi pelajaran.[11][11]
Untuk pengembangan evaluasi pendidikan NCEE (National Center for Examinition Evaluation) atau pusat pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan yang terletak di al-Madina al-Munawara sreet, Kairo juga memiliki peranan penting. Lembaga ini merupakan lembaga independen yang diberi kewenangan yang bersifat otonomi oleh kementrian pendidikan Mesir yang didirikan untuk menyelenggarakan kebutuhan kajian saintifik untuk kebutuhan pengujian data, evaluasi pendidikan agar kurikulum yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan target.[12][12]
Pengembangan evaluasi pendidikan dilakukan secara serempak pada siswa semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang menjadi fokus pengembangan mencakup semua mata pelajaran. Sedangkan untuk pengembangan kurikulum yang juga menjadi tanggung jawab NCEE, semua mata pelajaran telah dikembangkan dalam bentuk buku pelajaran, yang disebarkan ke setiap sekolah. Untuk menunjang efektifitas penggunaan buku, NCEE juga mngembangkan sejumlah CD interakatif yang dapat digunakan pada proses pembelajaran siswa dan training guru.
BAB III
KESIMPULAN

Ø  Mesir merupakan Negara terbesar  di wilayah Afrika Utara, tepatnya diantara 22˚LU - 32˚LU dan 25˚BT - 36˚BT.
Ø  Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidental multipartai. Secra teoritis kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden.
Ø  Pendapatan didukung oleh beberapa kegiatan perekonomian  diantaranya pertanian, peternakan, perikanan dan  pertambangan.
Ø  Abduh Ibnu Hasan Khairullah, filosofi islam di Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa  serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Ø  Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam.
Ø  Sistem pendidikan di Mesir adalah tanggung jawab Kementrian Pendidkan negara.
Ø  Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO, dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris, dan negara-negara Arab.
Ø  Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.
Ø  Pengembangan evaluasi pendidikan dilakukan secara serempak pada siswa semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang menjadi fokus pengembangan mencakup semua mata pelajaran




DAFTAR PUSTAKA

Agustiar, Syah Nur. 2011.  Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.  Bandung: Lubuk Agung.
Kalla, M. Jusuf . 2011.“Mesir: Pangan, Minyak, “Revolusi”. Dalam  Kompas . 4 Februari 2011. Jakarta.
http://id.m.wikipedia.org/wik/mesir. Diakses, 23 Februari 2012,  jam : 23:05  wib.
http://www.crayonpedia.org/mw/Negaranegara_Yang_Digolongkan_Sebagai_Negara_Maju_dan_Berkembang_9.1 . Diakses, 24 februari 2012, jam: 23:00 wib.
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=97532Diakses, 27 Februari 2012, Jam: 11:15 wib.
http : //yakuzay.blogspot.com/2010/06/sistempendidikan-di-mesir.html. Diakses, 23 februari 2012, jam : 23:30 wib.


[1][1] http : //id.m.wikipedia.org/wik/mesir. Diakses pada tanggal 23 Februari 2012,  jam : 23:05  wib.
[2][2] http:// www.crayonpedia.org/mw/Negara-negara_Yang_Digolongkan_Sebagai_Negara_Maju_dan_Berkembang_9.1 . diakses pada tanggal 24 februari 2012, jam : 23:00 wib.
[3][3] M. Jusuf Kalla, “Mesir: Pangan, Minyak, Revolusi”, (Jakarta: Kompas ,4 Februari 2011), hlm. 9.
[4][4] http: //sahabatilmucenter.wordpress.com/landasan-pendidikanfilsafat-ilmu/. Diakses pada tanggal 23 Februari 2012, Jam: 23 15 wib.
[5][5] http : //id.m.wikipedia.org/wik/mesir. Diakses pada tanggal 23 Februari 2012, jam : 23:05 wib.
[6][6]http://www.masjidalamanah.com/2011/04/perjuangan-umat-islam-di-mesir/. Diakses pada tanggal  25 Februari 2012. Jam : 09:32 wib.
[7][7]http://www.pelita.or.id/baca.php?id=97532. Diakses Tanggal, 27 Februari 2012, Jam: 11:15 wib.
[8][8] Syah Nur, Agustiar, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandungn : Lubuk Agung, 2011), hlm. 232.
[9][9] Ibid., hlm. 234-235 .
[10][10] Ibid., hlm. 233-234.
[11][11] Ibid., hlm. 235.
[12][12] http : //yakuzay.blogspot.com/2010/06/sistempendidikan-di-mesir.html. Diakses tanggal 23 februari 2012 , jam : 23:30 wib. 

Minggu, 11 Maret 2012


MAKALAH
GURU: ANTARA PENGAJAR, PENDIDIK DAN PEMBELAJAR
Mata Kuliah: Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron Dimyati, M.Si

Disusun Oleh:
  1. Fitriyah                        202109043
  2. Suadil Fuadah             202109044
  3. Endang Susilowati      202109045
  4. Imam Turyuti              202109046

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALOGAN
 2011-2012

BAB I
PENDAHULUAN
Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini tebentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini dimasa mendatang.
Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah dikelas. Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori pendidikan dan keguruan. Seperti kebanyakan guru pemula, jiwanya juga labil, emosinya mudah terangsang dalam bentuk keluhan dan berbagai bentuk sikap lainnya, tetapi dengan semangat dan penuh ide untuk suatu tugas.
Guru berjuang baik dengan fisik maupun nonfisik. Di dalam perang kemerdekaan guru pun sudah berperan dan memiliki andil besar dalam mempertahankan Republik ini, berjuang tanpa pamrih bahkan tidak sedikit pula para guru sebagai gugur kusuma bangsa. Untuk nonfisik, perjuangan guru terlihat dalam memberikan ilmu pengetahuannya kepada anak didiknya, sehingga anak didiknya menjadi pintar, pandai dan sudah berapa banyak anak didiknya menjadi orang besar.
Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitasi peserta didik. Dengan sengaja guru mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mengeluarkan peserta didik dari terali kebodohan. Dengan keilmuan  yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
Oleh sebab itu, tepatlah dikatakan orang bahwa karena guru kita pintar, karena gurulah kita pandai, karena gurulah kita cemerlang, karena gurulah kita gemilang, dan karena gurulah kita terbilang. Maka, naif rasanya kalau kita melupakan jasa dan pengorbanan para guru, telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ISTILAH MENGAJAR DAN MENDIDIK
Makna “mangajar” dan “mendidik” dilatari oleh bahas arab Ta’allama (mengajar) yang diambilkan dari kata ‘Alima (megetahui), ‘Ilmun (pengetahuan). Sedangkan pendidikan diambil dari kata Addaba (beradab) yang berarti mendidik seorang anak untuk mempunyai adab, sopan santun.
Tugas guru dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan, pengertian dsb.Secara praktis mengajar dan mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam interaksi pembelajaran, baik dalam kelas maupun luar kelas. Sedangkan secara teoritis mengajar lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan medidik lebih beraksentuasi pada penamaan nilai.[1]
Mendidik adalah membentuk kepribadian sedangkan mengajar hanya sekedar transfer sesuatu tanpa membentuk  ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Sukses tidaknya mengajar itu dapat diketahui dari adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan. Pengajaran dikatakan sukses apabila :
1.      Ilmunya dapat digunakan oleh pelajar dalam hidupnya.
2.      Hasilnya meresap dalam pribadi anak, dipahami benar, mengandung arti dalam hidup anak.
Boleh dikatakan mengajar dengan sukses pada hakikatnya mengusahakan agar isi mata pelajaran itu meaningfull, usefull, dan mengembangkan seluruh aspek pribadi anak.[2]



B.   MAKNA DAN HAKIKAT GURU     
  1. Makna guru
Makna guru (pendidik) sebagai mana dalam UUSPN  No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 6 adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi senagi guru, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kesuksesannya, sera berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.[3]
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daratjat dkk menjadi guru tidaknsembarangan tetapi harus mememnuhi beberapa persyaratan sbb:
a.       Taqwa kepada Allah
b.      Berilmu
c.       Sehat  jasmani
d.      Berkelakuan baik
Dengan demikian guru senantiasa dihadapkan pada peningkatan kualitas pribadi dan sosialnya. Jika hal itu dapat dipenuhi maka keberhasilan lebih cepat diperoleh.
  1. Hakikat Guru
Rasanya tidak berlebihan  manakala kita sepakat dengan pendapat Nugroho Notosusanto, yaitu di dunia ini hanya ada dua jabatan, pertama jabatan guru dan kedua jabatan non guru. Mengajar merupakan langkah seorang guru untuk memandaikan bangsa dengan tanpa memikirkan efek untung dan ruginya secara material personal, melainkan memikirkan bagaimana nistanya jika generasi selanjutnya tidak lebih berkualitas dari generasi sebelumnya.
Yang terpenting bagi seorang guru adalah memegang teguh komitmen ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tutwuri handayani. Tiga prinsip ini apabila dikaitkan dengan model pendidikan berbasis mutu,maka semua komponen yang terkait dalam pendidikan hendaknya merupakan konsep tanggung jawab bersama dan pemberdayaan.
Dengan demikian dapat ditemukan bahwa hakikat guuru adalah
a.          Orang yang memiliki minat
b.          Orang yang berbakat
c.          Orang  yang bertanggung jawab
d.         Orang  yang mempunyai panggilan jiwa
e.          Orang  yang mempunyai idealisme

C.  TUGAS DAN FUNGSI GURU
  1. Tugas guru
Guru adalah figur seorang pemimpin . guru adalah sosok  arsitekstur yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Bila dipahami maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.[4] Menurut Roestiah N.K., bahwa guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk :
a.       Menyerahkan  kebudayaan kepada peserta didik berupa kepandaian , kecapaian dan pengalaman .
b.      Membentuk kepribadian anak yang harmonis ,sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila.
c.       Meyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No.11 Tahun 1983.
d.      Sebagai perantara dalam belajar.
e.       Sebagai pemimpin (guidance worker).
f.       Sebagai sponsor,dll
  1. Fungsi Guru
a.       Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mecakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Sebagai seorang  pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi siswa dalam belajar menagajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal.[5]
b.      Guru Sebagai pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi , dan memahami materi standar yang dipelajari.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, hubungan peserta didik dengan guru, dan lain-lain. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi,maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Oleh sebab itu sebagai seorang guru yang harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah, untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan guru  dalam pembelajaran, seabgai berikut :
1.      Membuat ilustrasi : pada dasarnya ilustrasi mneghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman pada mereka.
2.      Mendefinisikan : meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan penglaman serta pengertian yang dimiliki pserta dididk .
3.      Menganalisis : membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian .
4.      Mensintesis : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti , hubungan antara satu dengan yang lain nampak jelas , dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar .
5.      Bertanya : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas.
6.      Merespon : menanggapi pertanyaan peserta didik .
7.      Mendengarkan : memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah.
8.      Menciptakan kepercayaan : peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9.      Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10.  Menyesuaikan metode pembelajaran : menyeusaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru sesutu yang telah dioelajari.
c.       Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab akan kelancaran  perjalanan itu.[6] Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan.
d.      Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.
Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi, juga harus memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal sempurna. Meskipun demikian tidak mustahil kalau suatu ketika menghadapi kenyataan bahwa guru tidak tahu sesutu yang seharusnya tahu.
e.        Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua meskipun guru tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak berharap untuk menasehati orang. Padahal menjadi guru tingkat manapun berarti menjadi  orang kepercayaan, proses pembelajaran pun meletakan pada posisi tersebut.
 Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada guru. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan  nasehat dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih mendalam harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.[7]
f.       Guru sebagai Pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.[8] 
g.      Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang  mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya.[9]
 Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi  terhadap rangsangan yang menyingggung perasaan dan memang diakui bahwab tiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan dan kepemudaan.
h.      Guru Sebagai Model dan Teladan
Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan didiskusikan oleh para guru :
1.      Sikap dasar : postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, hubungan antar manusia, agama, dll.
2.      Bicara dengan gaya bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
3.      Kebiasaan bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4.      Sikap melalui pengalaman dan kesalahan : pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya  mengelak dari kesalahan.
5.      Pakaian : merupakan perlengkkapan pribadi yang amat penting dan menampakan ekspresin seluruh kepribadian.
6.      Hubungan antar manusia : diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intlektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berparilaku.
7.      Proses berpikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.[10]
8.      Perilaku neorotis : suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9.      Selera : pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10.  Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehiudpan dantindakan untuk mewujudkan kepercayaan ini.
i.        Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreatifatas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreatifitas tersebut.[11]
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia adalah seorang kreator dan moitvator yang berada di pusat proses pendidikan. Guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik.
j.        Guru Sebagai Pekerjaan Rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan teresbut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.[12] Di sampang itu ,jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengibah sikap umumnya terhadap pembelajaran.
Beberapa kegiatan rutin yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran  disetiap tingkat, antara lain :
1.      Bekerja tepat waktu baik awal maupun akhir pembelajaran.
2.      Membuat laporan dan sesuai dengan standar kinerja, ketetapan dan jadwal waktu.
3.      Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
4.      Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
5.      Menasehati peserta didik, dll. .
k.      Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena banyak melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembalajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses mentapkan kualitas hasil belajar,atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
Sebagai salah satu proses, penilaian dilaksanakan dengan teknik yang sesuai. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilaksanakan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar , guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.[13]
l.        Guru Sebagai Pengawet
Untuk dapat mengawetkan pengetahuan sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang diawetkan.
Sebagai pengawet guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidangnya.
m.    Guru Sebagai Pembawa Cerita
Guru dengan menggunakan suaranya, guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
n.      Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton mengikuti dengan sungguh-sungguh. Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu seni atau ketrampilan dalam  mengajar.

D.  GAYA-GAYA MENGAJAR GURU
1.    Makna Gaya Mengajar
Menurut Abi Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis.[14]
  1. Macam-macam Gaya Mengajar
a.       Gaya Mengajar Klasik
Guru mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan siswa untuk kreatif.
b.      Gaya Mengajar Teknologis
Gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada media yang tersedia.
c.       Gaya Mengajar Personalisasi
Guru mengajar bukan untuk memandaikan siswa semata akan tetapi memandaikan dirinya sendiri.
d.      Gaya Mengajar Personalisasi
Guru dan siswa atau siswa dan siswa saling ketergantungan artinya mereka sama-sama menjadi subjek pengajaran.
  1. Pendekatan Gaya Mengajar
a.       Pendekatan Filosofis
Dalam pendekatan ini gaya mengajar guru hendaknya berdasarkan pada nilai kebenaran.
b.      Pendekatan Induksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dalam bentuk penganalisaan secara ilmiah yaitu penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus.
c.       Pendekatan Deduksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dala bentuk penganalisaan secara ilmiah, yaitu penentuan kaidah khusus berdasarkan kaidah umum.
d.      Pendekatan Sosio Kultural
Guru menanamkan rasa kebersamaan dan siswa  dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.
e.       Pendekatan Fungsional
Guru memanfaatkan materi ajar bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari
f.       Pendekatan Emosional
Guru menggugah perasaan dan emosi siswa agar mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan materi pelajaran yang diperolehnya.

E.     PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR
1.      Prinsip Aktivitas
Peserta didik memperoleh pengalaman jika dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhdap lingkungannya. Dengan demikian belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.
2.      Prinsip Motivasi
Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang ke arah tujuan-tujuan belajar.
3.      Prinsip Individualitas
Kekhususan jiwa  yang menyebabkan individu yang satu berbeda dengan undividu yang lain.[15]
4.      Prinsip Lingkungan
Menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran.
5.      Prisip Konsentrasi
Memusatkan perhatian pada sesuatu stimulus.
6.      Prinsip Kebebasan
Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam proses belajar.
7.      Prisip Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indra yang bertujuan untuk memberikan pemahaman suatu hal.
8.      Prinsip Kerja Sama dan Persaingan.
9.      Prinsip apersepsi
Suatu penafsiran buah pikiran yait menyatu padukan suatu pengalaman yang telah dimiliki.
10.  Prinsip Korelasi
Guru berusaha menghubungkan pengajaran dari mata pelajaran yang sedang diajarkan/dipelajari peserta didikdari bahan pengajaran yang lain.
11.  Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Pengajaran yang baik adalah proses pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil.
12.  Prinsip Globalitas
Peserta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dahulu baru kemmudian bagian-bagianya.
13.  Permainan dan Hiburan
Kelas pengajaran yang penuh konsentrasi menjadikan peserta didik kelelahan bosan.









BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø  Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik
Ø  Mendidik adalah membentuk kepribadian sedangkan mengajar hanya sekedar transfer sesuatu tanpa membentuk nilai sebagai basis kepribadian seorang individu.
Ø  Mengajar  berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ø  sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan.
Ø  Sebagai pengawet guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik.
Ø  Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar , guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Ø  Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik, dan sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat peserta didik.








DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ismail. 2008. strategi Pembelajaran PAI Berbasis PAIKEM. Semarang : Rasail Media Group.
Kasijan, Z. 1984. Psikologi Pendidikan (Terjemahan). Surabaya : PT Bina Ilmu.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Makmum, Abin Syamsudin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru yang Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta : Gama Media Yogykarta
Nasution. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengejar dan micro Teaching. Jakarta: PT. Ciputat Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang. 2010. Penddidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) .Semarang.


             



[1]  Umar Tirta rahardja-La Sula, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 83
[2]  Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta : Gama Media Yogyakarta, 2009), hlm. 4.
[3] Ismail, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis PAIKEM ( Semarang: Rasai Media Group, 2008 ), hlm. 48
[4]  Zainal Mustakim, Op. Cit., hlm. 13.
[5]  Ismail, Op. Cit., hlm. 50.
[6]  Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm. 16.
[7] Z. Kasijan, psikologi pendidikan (terjamahan), (surabaya : PT Bina Ilmu, 1984), hlm. 31.
[8] Ismail, Op. Cit., hlm. 46.
[9] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (jakarta : Bumi Aksara, 1988), hlm.121.
[10] Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, (Semarang : 2010), hlm. 46.
[11] Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo Semarang, Op. Cit., hlm.41
[12]Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), hlm.70.

[13]Ahmad Sabri, Op. Cit., hlm.75.
[14] Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rosail Maha Group, 2007), hlm. 80
[15] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rodakarya, 2005), hlm. 132.